PENGHULU WANITA DALAM PERSPEKTIF FIQH DAN UNDANG- UNDANG

Authors

  • Imam Fauzan

DOI:

https://doi.org/10.35897/intaj.v6i2.818

Keywords:

woman, penghulu, positive law, fiqh

Abstract

Although many women occupy strategic positions, both in the legislative, executive, and social life, in the realm of penghulu in Indonesia, there has never been found a woman who has become a structural position in KUA or becomes a penghulu. These positions are still assumed to be the domain of men. By using a normative approach, this study focuses on the problem of how female leaders are from the perspective of fiqh and law.

The appointment of women as penghulu was not carried out due to two reasons, namely juridical-normative and sociological-psychological. juridically-normatively Article 3 Regulation of the Minister of Religion No. 30 of 2005 concerning Guardian Judges which states that guardian judges are the Head of the District KUA, Penghulu, and Penghulu Assistant. In other words, if women are appointed as Penghulu, their position will be questioned if they carry out their duties as guardian judges which in fiqh must be a man.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Departemen Agama Republik Indonesia (2008). Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penghulu dan Angka Kreditnya, Jakarta: Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

al-Dimyathi, Abdul Karim al-Mathari (tt.). Syarh al-Sittin, Singapura: al- Haramain

al-Dimyathi, Muhammad Syatha (tt.). I’anat al-Thalibih ‘ala Syarh Fath al- Mu’in, jilid II, Mesir: al-Tijariyah al-Kubra

Fauzi, M. Irfan (2020). “Pandangan Penghulu Kantor Urusan Agama Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang Terhadap Pembantu Pegawai Pencatat Nikah Pasca Peraturan Menteri Agama Nomor 20 Tahun 2019”, Sakina: Journal of Family Sudies, Vol. 4, No. 3, 2020. http://urj.uin-malang.ac.id.

al-Haitami, Ibn Hajar (1393 H). Al-Fatawa al-Kubra al-Fiqhiyyah, Jilid I, Beirut: Dar al- Fikr

Isma’il, Ibnu Qoyim (1997). Kiai Penghulu Jawa: Peranannya di Masa Kolonial, Jakarta: Gema Insani Press

al-Jaziri, Abd al-Rahman (1969). Kitab al-Fiqh ‘ala al-Mazahib al-Arba’ah, juz IV, Mesir: Al- Maktabat al-Tijariyah al-Kubra

Kementerian Pendidikan Nasional (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, Jakarta: Balai Pustaka

Masykuroh, Yufi Wiyos Rini (2014). BP4 Kepenghuluan (Bandar Lampung: Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Raden Intan.

Millah, Asep Sihabul “Peran Penghulu dalam Implementasi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan”, http://www.scribd.com, diakses 16 Oktober 2020.

Mutmainnah, Nurul (2022) “Penghulu Wanita dalam PMA Nomor 20 Tahun 2019 Tentang Pencatatan Pernikahan Perspektif Gender”, Skripsi, Purwokerto: UIN Prof. KH. Saifuddin Zuhri.

Nafisah, Saidah (2016). “Eksistensi Penghulu Wanita di Indonesia Dalam Perspektif Hukum Islam”, Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Nasution, Khoiruddin (2009) Hukum Perdata (Keluarga) Islam Indonesia dan Perbandingan Hukum Perkawinan di Dunia Muslim: Studi Sejarah, Metode Pembaruan, dan Materi & Status Perempuan dalam Hukum Perkawinan/Keluarga Islam, Yogyakarta: Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Qurni, Waisul (2014). “Sanksi Bagi Penghulu Ilegal Dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1946 Jo. Undang-Undang No. 32 Tahun 1954”, Skripsi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Agama RI Nomor 20 Tahun 2019 Tentang Pencatatan Pernikahan, Pasal 1 ayat 5.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/62/M.PAN/6/2005 Tentang Jabatan Fungsional Penghulu dan Angka Kreditnya.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2019 Tentang Jabatan Fungsional Penghulu, Pasal 5.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1999 Tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU Nomor 1 Tahun 1974, Bab II Pasal 2 ayat (1).

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pasal 2 ayat 2.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 Tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk, Pasal 2 dan 3.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954 Tentang Penetapan Berlakunya Undang-Undang RI tanggal 21 November 1946 Nomor 22 Tahun 1946 Tentang Pencatatan Nikah, Talak, dan Rujuk.

Republika Online, Palestina Akui Profesi Penghulu Wanita, https://www. republika. co.id/berita/dunia-islam/islam- nusantara/15/09/24/nv65re301-palestina-akui-profesi-penghulu- wanita., Diakses 7 Juli 2021.

Rofiq, Ahmad (2003). Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Rum, Muhammad Masrur (2018). “Pandangan Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah Tentang Penghulu Wanita”, Skripsi, Yogyakarta: Faklutas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Rusyd, Ibn (2006). Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtashid, juz II, Beirut: Dar al- Kitab al-Arabi

Sonata, Depri Liber (2015). “Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris: Karakteristik Khas dari Metode Meneliti Hukum”. Fiat Justisia: Jurnal Ilmu Hukum 8 (1), 2015

al-Sya’rani, Abdul Wahhab (tt.). Al-Mizan al-Kubra, juz II, Mesir: Mushtafa al-Halabi

al-Syirbini, Muhammad al-Khatib (1329 H). Mughni al-Muhtaj, Jilid IV, Mesir: Dar al-Kutub al- Arabiyyah; Lihat pula, Hasyiyah al- Qulyubi ‘ala Syarh al-Mahalli, Jilid IV, Mesir: Dar al-Kutub al-Arabiyyah.

Published

2022-10-29

How to Cite

Imam Fauzan (2022) “PENGHULU WANITA DALAM PERSPEKTIF FIQH DAN UNDANG- UNDANG”, Jurnal Penelitian Ilmiah INTAJ, 6(2), pp. 152–179. doi: 10.35897/intaj.v6i2.818.

Issue

Section

Articles